Oleh: Roshiko, Lc
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ
وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ
مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
“iqro” bacalah! Itulah kalimat
pertama yang diterima oleh Rosulullah Muhammad saw dari robb semesta alam dengan
perantara jibril dalam gua hiro. Peristiwa agung sebagai awal mula pengutusan
Muhammad saw sebagai rosul terakhir untuk ummat akhir zaman, moment penting
sebagai tanda bahwa beliau telah resmi sebagai utusan penyampai risalah
tertinggi dari Allah kepada ummatnya. Wahyu pertama berupa perintah membaca ini
adalahsebagai tanda bahwa membaca adalah sebuah aktifitas penting yang harus
dilakukan oleh seluruh umat manusia, membaca adalah sebuah aktifitas yang tidak
bisa dan tidak boleh ditinggalkan oleh manusia, karena dia adalah kunci
peradaban, dari membaca lahirlah sebuah imperium besar yang berkuasa
berabad-abad lamanya, mengalahkan imperium-imperium besar lainnya seperti
romawi dan yunani, imperium besar itu bernama islam. Maka wahyu pertama ini
sebagai indikasi kemajuan sebuah umat, jika belajar dari sejarah islam yang
sangat memukau bagaimana islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan, dimulai dari
sebuah negeri yang tandus dan tidak memiliki peradaban apapun, masyarakat yang
masih hidup dalam kejahiliyahan, masyarakat yang sebagian besar masih tidak
bisa membaca dan menulis, dengan kekuatan wahyu inilah mereka bangkit dan
menjadi sebuauh peradaban besar.
Perang badar menjadi saksi perubahan
tersebut, ketika peperangan telah usai dan banyaknya tawanan-tawanan perang, Rosulullah
berfikir sangat cerdas, beliau memberikan pilihan kepada para tawanan yang
ketika itu sudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis apakah mau menebus
dirinya dengan mengajarkan kaum muslim saat itu ataukah membayar tebusan
sejumlah 4000 dirham, padahal jika diilhaat keadaan kaum muslim ketika itu
muslim sedang dalam keadaan genting, membutuhkan rumah, membutuhkan harta,
membutuhkan keamanan, dan segala kebutuhan dunia lainnya, namun rosulullah
berfikir ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu belajar membaca dan
menulis. Dan pilihan hari itu telah menentukan masa depan kaum muslimin, dengan
pilihan itulah akhirnya ummat islam menjadi ummat yang sangat unggul hingga
lahirlah banyak sekali disiplin ilmu dari bacaan mereka yang berupa al-qur’an.
Di dalam al-qur’an kalimat “membaca” mayoritas berupa kalimat
perintah, yaitu “bacalah”, maka membaca adalah sebuah keharusan yang mana
tujuannya adalah supaya kita tahu, tahu apa kandungan yang sedang kita baca,
begitupun dengan membaca al-qur’an, dengan membaca al-quran kita menjadi paham
apa yang terkandung di dalamnya, karena al-qur’an adalah cahaya yang dengannya
hilang semua kegelapan, al-qur’an adalah petunjuk yang dengannya manusia hidup
dengan tuntunan kebanaran, al-qur’an adalah obat yang dengannya sirna segala
kegelisahan dan kegundahan, al-qur’an adalah jawaban yang dengannya masalah-masalah
menemukan solusinya, al-qur’an adalah pengingat hingga dengannya manusia selalu
waspada.
Maka jika seorang muslim ingin
mendapatkan petunjuk, ketenangan hati, pengingat, obat, dan jawaban atas segala
permasalahan hidup, hendaknya ia mengkhususkan waktunya untuk membaca
al-qur’an, karena sesungguhnya membaca al-qur’an mempunyai banyak sekali
keutamaan, diantaranya:
1. Al-qur’an
sebagai penolong
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : اقرؤو القرآن فإنه يأتي يوم اقيامة شفيعا لأصحابه
(رواه البخاري)
Rosulullah
saw bersabda:” bacalah al-qur’an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
sebaagai penolong bagi para ashabul qur’an” (HR. Muslim)
Apakah
kita termasuk ashabul qur’an? Ashab berarti sahabat, sahabat tentunya lebih
dekat daripada teman, sahabat itu ingin selalu bersama, bersama untuk berbagi
dalam suka maupun duka, begitu pula sahabat al-qur’an, selalu ingin bersama
dengan al-qur’an, bukan hanya sekedar dibawa kemanapun pergi, akan tetapi
dibawa untuk sebuah interaksi yang lebih intens yaitu dengan membacanya.
Perhatikanlah
hadits diatas, rosulullah mengatakan “bacalah!” bukan “hapalkanlah”, mengapa?
Karena semakin kita sering membacanya, semakin dekatlah kita dengan al-qur’an
dan akan semakin semangat untuk menggali nilai-nilai yang terkandung
didalamnya, semakin intens mempelajari nilai-nilainya, maka akan semakin
tertuntun untuk mencoba mengamalkannya, dan itu semua didapatkan dari permulaan
kita membaca.
Abdullah
bin Umar mendatangi rosulullah dan bertanya, “ya Rosulullah dalam berapa
harikah aku harus membaca seluruh al-qur’an?”, rosulullah saw menjawab,”dalam
tiga puluh hari”, Ibnu Umar berkata, “sungguh, aku mampu melakukannya lebih
dari itu”, nabi bersabda: “jika demikian , maka dalam dua puluh hari”, Ibnu
Umar berkata, “sungguh aku menemukan kekuatan lebih dari itu”. Nabi bersabda,
“jika demikian, maka dalam sepuluh hari”, Ibnu Umar berkata “ya rosulullah
biarkan aku menikmati masa mudaku dan kekuatanku”, nabi bersabda “jika demikian
dalam tiga hari dan tidak ada yang lebih sedikit daripada ini”.
Jika
Abdullah bin Umar menghatamkan al-qur’an dalam kurun waktu tiga hari, berarti
dalam satu bulan beliau menghatamkan al-qur’an sepuluh kali, subhanallah! Ini
adalah hal yang sangat luar biasa, dan perlu diketahui untuk mencapai target
khatam tiga hari itu tidak akan muncul dari nol, namun ia akan muncul dengan
langkah-langkah sebelumnya, dan tentunya dengan melazimkan dirinya untuk
membaca.
2.
Menjadi
keluarga Allah
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : أهل القرآن أهل الله وخاصته (رواه ابن ماجه بإسناد
حسن)
Rosulullah
saw bersabda: “ahli qur’an adalah keluarga Allah, dan orang-orang terdekatnya”.
(HR. Ibnu Majjah dengan sanad hasan)
Menurut
para ulama ahli qur’an dibagi menjadi dua golongan, yaitu orang yang melazimkan
untuk membacanya dan orang yang menghapalkannya, Allah azza wa jalla
menisbatkan orang yang membaca al-qur’an dan yang menghapalkannya menjadi
keluarganya dan orang-orang terdekatnya, subhanallah! Bukankah ini sebuah
penghargaan besar yang Allah berikan kepada manusia? Sebuah penghormatan dari
robb semesta alam yang tidak Allah berikan kepada yang lain.
Maka,
cukuplah hadits ini menjadi alasan bagi kita untuk berlomba-lomba membaca
al-qur’an, mentadaburi ayat-ayat-Nya, menghapalkannya dan berusaha untuk
mengamalkannya dalam keseharian kita.
Perhatikanlah
sosok Ubbad bin Bisyr yang sedang
berdiri untuk menjaga wilayah kaum muslimin pada suatu malam. Saat itu ditemani
Ammar bin Yasir, ketika sedang melaksanakan sholat malam, tiba-tiba muncul
salah seorang kafir yang membidiknya dengan anak panah dan tepat mengenai
bahunya. Namun Ubbad hanya mencabutnya untuk kemudian melanjutkan sholatnya.
Orang kafir itu kemudian mebidiknya dengan anak panah untuk kedua kalinya,
namun kali ini pun Ubbad hanya mencabutnya dan kemudian meneruskan sholatnya,
kejadian itu pun terulang hingga ke tiga kalinya, dan Ubbad hanya mencabutnya
untuk kemudian menyempurnakan sholatnya. Ia masih sempat ruku’ dan sujud,
kemudian membangunkan Ammar, Ammar kemudian terjaga dan berkata kepadanya,
“mengapa kamu tidak membangunkanku sejak anak panah pertama?”, Ubbad menjawab,
“aku sedang membaca sebuah surah Al-qur’an, sungguh keluarnya ruh lebih aku
sukai daripada harus meninggalkan bacaan al-qur’an.”
3.
Bersama
para malaikat yang mulia
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة و الذي
يقرأ القرآن و يتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران (رواه البخاري و مسلم)
Rosulullah
saw bersabda: “orang yang mahir membaca al-qur’an bersama para malaikat yang
mulia lagi berbakti, dan yang membaca al-qur’an dengan terbata-bata dan terasa
berat baginya, ia mendapat dua pahala”. (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits
diatas menerangkan betapa tinggi derajat orang yang membaca Al-qur’an, meski
kondisinya masih terbata-bata dalam membacanya, karena sesungguhnya setiap
huruf dalam Al-qur’an menyimpan banyak pahala, dan Allah tidak akan menyia-nyaiakan
orang yang mau membacanya, dalam kondisi terbata-bata Allah berikan kepadanya
dua pahala sekaligus, pahala untuk kesungguhannya membaca dan pahala untuk kesusahan
ketika iaa melafalkan huruf-huruf tersebut.
Dan
kabar gembira untuk yang membacanya dengan tajwid yang benar, Allah tempatkan
mereka bersama para malaikat yang yang mulia, lagi berbakti. Namun, perlu di
ingat mahir disini artinya meneraapkan kaidah tajwid dengan baik dan benar,
bacaan panjang dipanjangkan, yang pendek pun dibaca pendek, idzhar yang benar
dan dengung yang sesuai. Dan untuk mendapatkan kedudukan bersama para malaikat
ini tentunya ada harga mahal yang harus kita bayar, ada lelah yang harus kita
tempuh, yaitu belajar bersungguh-sungguh kaidah-kaidah tajwid dengan guru yang
telah menguasainya, karena para ulama sepakat bahwa mempelajari kaidah tajwid
harus dengan talaqqi (belajar secara face to face) agar ilmu yang didapatkan
betul-betul melekat, karena guru akan langsung membetulkan kesalahan jika ada
yang salah dari bacaan kita.
Membaca
al-qur’an adalah nutrisi untuk ruh kita, karena al-qur’an pernah disebutkan
oleh Allah sebagai ruh yang terdapat dalam surat as-syuro ayat 52: “Dan
demikianlah kami wahyukan kepadamu Muhammad ruh (al-qur’an) dengan perintah
kami ....”, juga dibawa oleh ruhul amin yaitu jibril seperti terdapat dalam
surat an-nahl ayat 102:”katakanlah ruhul quddus jibril menurunkan al-qur’an itu
dari tuhanmu dengan kebenaran . . .”, jadi Al-qur’an adalah ruh yang diturunkan
melalui perantara ruhul qudus (jibril) untuk manusia yang mempunyai ruh, maka
nutrisi paling bagus untuk ruh manusia adalah al-qur’an. Dengan membaca
al-qur’an manusia diajak tamasya singkat jika dalam satu hari membaca satu juz,
maka kita sedang bertamasya di lautan pahala karena ketahuilah bahwasanya 1 juz
dalam al-qur’an itu terdiri atas sekitar 70.000 huruf dalam setiap hurufnya
terdapat 10 kebaikan, maka dalam satu hari ada 700.000 kebaikan yang dapat
diraih hanya dengan waktu 45 menit sampai 1 jam.
Rosulullah
saw bersabda:”al-qur’an akan usang di hati sejumlah kaum sebagaimana sebuah
baju akan usang, sehingga kemudian menjadi robek. Mereka memang membacanya,
namun mereka tidak menemukan kelezatan. Jika mereka melakukan kekurangan mereka
akan berkata, ‘kami akan memenuhinya’. Dan jika mereka melakukan kesalahan,
mereka akan berkata, Dia Allah akan mengampuni kami.”
Maka
jangan jadikan al-qur’an sebatas hiasan dalam lemari hias, dibaca dalam bulan
ramadhan saja, namun mulai detik ini niatkan karena Allah untuk melazimkan diri
kita membaca al-qur’an dan nikmatilah tamasya dalam lautan pahala, tamasya ke
negeri para nabi, tamasya dengan lautan ilmu pengetahuan bahkan tamasya kedalam
syurga. Dan karena membaca adalah konsep hidup.
Wallahu
‘alam bi ash-showab
Referensi:
Al-qur’anul
Karim
Dr.
Abdul Muhsi, Dr. Raghib Sirjani, orang
sibuk pun bisa hapal al-qur’an, Pos publishing, Solo: 2013, cet. 3
Dr.
Raghib As-sirjani, spiritual reading
hidup lebih bermakna dengan membaca,
Aqwam, Solo: 2011, ccet. 6
Amru
Kholid, meraih kenikmatanibadah,
Embun Litera, Jakarta: 2011, cet. 1
Dr.
Thoriq As Suaidan, Khutbah Jumat, fadhlu al qiroah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar