Kamis, 21 April 2016

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QUR’AN




Oleh: Roshiko, Lc

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}

            “iqro” bacalah! Itulah kalimat pertama yang diterima oleh Rosulullah Muhammad saw dari robb semesta alam dengan perantara jibril dalam gua hiro. Peristiwa agung sebagai awal mula pengutusan Muhammad saw sebagai rosul terakhir untuk ummat akhir zaman, moment penting sebagai tanda bahwa beliau telah resmi sebagai utusan penyampai risalah tertinggi dari Allah kepada ummatnya. Wahyu pertama berupa perintah membaca ini adalahsebagai tanda bahwa membaca adalah sebuah aktifitas penting yang harus dilakukan oleh seluruh umat manusia, membaca adalah sebuah aktifitas yang tidak bisa dan tidak boleh ditinggalkan oleh manusia, karena dia adalah kunci peradaban, dari membaca lahirlah sebuah imperium besar yang berkuasa berabad-abad lamanya, mengalahkan imperium-imperium besar lainnya seperti romawi dan yunani, imperium besar itu bernama islam. Maka wahyu pertama ini sebagai indikasi kemajuan sebuah umat, jika belajar dari sejarah islam yang sangat memukau bagaimana islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan, dimulai dari sebuah negeri yang tandus dan tidak memiliki peradaban apapun, masyarakat yang masih hidup dalam kejahiliyahan, masyarakat yang sebagian besar masih tidak bisa membaca dan menulis, dengan kekuatan wahyu inilah mereka bangkit dan menjadi sebuauh peradaban besar.

            Perang badar menjadi saksi perubahan tersebut, ketika peperangan telah usai dan banyaknya tawanan-tawanan perang, Rosulullah berfikir sangat cerdas, beliau memberikan pilihan kepada para tawanan yang ketika itu sudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis apakah mau menebus dirinya dengan mengajarkan kaum muslim saat itu ataukah membayar tebusan sejumlah 4000 dirham, padahal jika diilhaat keadaan kaum muslim ketika itu muslim sedang dalam keadaan genting, membutuhkan rumah, membutuhkan harta, membutuhkan keamanan, dan segala kebutuhan dunia lainnya, namun rosulullah berfikir ada yang lebih penting dari itu semua, yaitu belajar membaca dan menulis. Dan pilihan hari itu telah menentukan masa depan kaum muslimin, dengan pilihan itulah akhirnya ummat islam menjadi ummat yang sangat unggul hingga lahirlah banyak sekali disiplin ilmu dari bacaan mereka yang berupa al-qur’an. 

            Di dalam al-qur’an  kalimat “membaca” mayoritas berupa kalimat perintah, yaitu “bacalah”, maka membaca adalah sebuah keharusan yang mana tujuannya adalah supaya kita tahu, tahu apa kandungan yang sedang kita baca, begitupun dengan membaca al-qur’an, dengan membaca al-quran kita menjadi paham apa yang terkandung di dalamnya, karena al-qur’an adalah cahaya yang dengannya hilang semua kegelapan, al-qur’an adalah petunjuk yang dengannya manusia hidup dengan tuntunan kebanaran, al-qur’an adalah obat yang dengannya sirna segala kegelisahan dan kegundahan, al-qur’an adalah jawaban yang dengannya masalah-masalah menemukan solusinya, al-qur’an adalah pengingat hingga dengannya manusia selalu waspada. 

            Maka jika seorang muslim ingin mendapatkan petunjuk, ketenangan hati, pengingat, obat, dan jawaban atas segala permasalahan hidup, hendaknya ia mengkhususkan waktunya untuk membaca al-qur’an, karena sesungguhnya membaca al-qur’an mempunyai banyak sekali keutamaan, diantaranya:



      1. Al-qur’an sebagai penolong 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : اقرؤو القرآن فإنه يأتي يوم اقيامة شفيعا لأصحابه (رواه البخاري)
Rosulullah saw bersabda:” bacalah al-qur’an! Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebaagai penolong bagi para ashabul qur’an” (HR. Muslim)

Apakah kita termasuk ashabul qur’an? Ashab berarti sahabat, sahabat tentunya lebih dekat daripada teman, sahabat itu ingin selalu bersama, bersama untuk berbagi dalam suka maupun duka, begitu pula sahabat al-qur’an, selalu ingin bersama dengan al-qur’an, bukan hanya sekedar dibawa kemanapun pergi, akan tetapi dibawa untuk sebuah interaksi yang lebih intens yaitu dengan membacanya. 

Perhatikanlah hadits diatas, rosulullah mengatakan “bacalah!” bukan “hapalkanlah”, mengapa? Karena semakin kita sering membacanya, semakin dekatlah kita dengan al-qur’an dan akan semakin semangat untuk menggali nilai-nilai yang terkandung didalamnya, semakin intens mempelajari nilai-nilainya, maka akan semakin tertuntun untuk mencoba mengamalkannya, dan itu semua didapatkan dari permulaan kita membaca.

Abdullah bin Umar mendatangi rosulullah dan bertanya, “ya Rosulullah dalam berapa harikah aku harus membaca seluruh al-qur’an?”, rosulullah saw menjawab,”dalam tiga puluh hari”, Ibnu Umar berkata, “sungguh, aku mampu melakukannya lebih dari itu”, nabi bersabda: “jika demikian , maka dalam dua puluh hari”, Ibnu Umar berkata, “sungguh aku menemukan kekuatan lebih dari itu”. Nabi bersabda, “jika demikian, maka dalam sepuluh hari”, Ibnu Umar berkata “ya rosulullah biarkan aku menikmati masa mudaku dan kekuatanku”, nabi bersabda “jika demikian dalam tiga hari dan tidak ada yang lebih sedikit daripada ini”.

Jika Abdullah bin Umar menghatamkan al-qur’an dalam kurun waktu tiga hari, berarti dalam satu bulan beliau menghatamkan al-qur’an sepuluh kali, subhanallah! Ini adalah hal yang sangat luar biasa, dan perlu diketahui untuk mencapai target khatam tiga hari itu tidak akan muncul dari nol, namun ia akan muncul dengan langkah-langkah sebelumnya, dan tentunya dengan melazimkan dirinya untuk membaca. 

2.      Menjadi keluarga Allah

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أهل القرآن أهل الله وخاصته (رواه ابن ماجه بإسناد حسن)

Rosulullah saw bersabda: “ahli qur’an adalah keluarga Allah, dan orang-orang terdekatnya”. (HR. Ibnu Majjah dengan sanad hasan)

Menurut para ulama ahli qur’an dibagi menjadi dua golongan, yaitu orang yang melazimkan untuk membacanya dan orang yang menghapalkannya, Allah azza wa jalla menisbatkan orang yang membaca al-qur’an dan yang menghapalkannya menjadi keluarganya dan orang-orang terdekatnya, subhanallah! Bukankah ini sebuah penghargaan besar yang Allah berikan kepada manusia? Sebuah penghormatan dari robb semesta alam yang tidak Allah berikan kepada yang lain.

Maka, cukuplah hadits ini menjadi alasan bagi kita untuk berlomba-lomba membaca al-qur’an, mentadaburi ayat-ayat-Nya, menghapalkannya dan berusaha untuk mengamalkannya dalam keseharian kita. 

Perhatikanlah sosok Ubbad  bin Bisyr yang sedang berdiri untuk menjaga wilayah kaum muslimin pada suatu malam. Saat itu ditemani Ammar bin Yasir, ketika sedang melaksanakan sholat malam, tiba-tiba muncul salah seorang kafir yang membidiknya dengan anak panah dan tepat mengenai bahunya. Namun Ubbad hanya mencabutnya untuk kemudian melanjutkan sholatnya. Orang kafir itu kemudian mebidiknya dengan anak panah untuk kedua kalinya, namun kali ini pun Ubbad hanya mencabutnya dan kemudian meneruskan sholatnya, kejadian itu pun terulang hingga ke tiga kalinya, dan Ubbad hanya mencabutnya untuk kemudian menyempurnakan sholatnya. Ia masih sempat ruku’ dan sujud, kemudian membangunkan Ammar, Ammar kemudian terjaga dan berkata kepadanya, “mengapa kamu tidak membangunkanku sejak anak panah pertama?”, Ubbad menjawab, “aku sedang membaca sebuah surah Al-qur’an, sungguh keluarnya ruh lebih aku sukai daripada harus meninggalkan bacaan al-qur’an.”

3.      Bersama para malaikat yang mulia

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة و الذي يقرأ القرآن و يتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران (رواه البخاري و مسلم)

Rosulullah saw bersabda: “orang yang mahir membaca al-qur’an bersama para malaikat yang mulia lagi berbakti, dan yang membaca al-qur’an dengan terbata-bata dan terasa berat baginya, ia mendapat dua pahala”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Hadits diatas menerangkan betapa tinggi derajat orang yang membaca Al-qur’an, meski kondisinya masih terbata-bata dalam membacanya, karena sesungguhnya setiap huruf dalam Al-qur’an menyimpan banyak pahala, dan Allah tidak akan menyia-nyaiakan orang yang mau membacanya, dalam kondisi terbata-bata Allah berikan kepadanya dua pahala sekaligus, pahala untuk kesungguhannya membaca dan pahala untuk kesusahan ketika iaa melafalkan huruf-huruf tersebut. 

Dan kabar gembira untuk yang membacanya dengan tajwid yang benar, Allah tempatkan mereka bersama para malaikat yang yang mulia, lagi berbakti. Namun, perlu di ingat mahir disini artinya meneraapkan kaidah tajwid dengan baik dan benar, bacaan panjang dipanjangkan, yang pendek pun dibaca pendek, idzhar yang benar dan dengung yang sesuai. Dan untuk mendapatkan kedudukan bersama para malaikat ini tentunya ada harga mahal yang harus kita bayar, ada lelah yang harus kita tempuh, yaitu belajar bersungguh-sungguh kaidah-kaidah tajwid dengan guru yang telah menguasainya, karena para ulama sepakat bahwa mempelajari kaidah tajwid harus dengan talaqqi (belajar secara face to face) agar ilmu yang didapatkan betul-betul melekat, karena guru akan langsung membetulkan kesalahan jika ada yang salah dari bacaan kita.

Membaca al-qur’an adalah nutrisi untuk ruh kita, karena al-qur’an pernah disebutkan oleh Allah sebagai ruh yang terdapat dalam surat as-syuro ayat 52: “Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu Muhammad ruh (al-qur’an) dengan perintah kami ....”, juga dibawa oleh ruhul amin yaitu jibril seperti terdapat dalam surat an-nahl ayat 102:”katakanlah ruhul quddus jibril menurunkan al-qur’an itu dari tuhanmu dengan kebenaran . . .”, jadi Al-qur’an adalah ruh yang diturunkan melalui perantara ruhul qudus (jibril) untuk manusia yang mempunyai ruh, maka nutrisi paling bagus untuk ruh manusia adalah al-qur’an. Dengan membaca al-qur’an manusia diajak tamasya singkat jika dalam satu hari membaca satu juz, maka kita sedang bertamasya di lautan pahala karena ketahuilah bahwasanya 1 juz dalam al-qur’an itu terdiri atas sekitar 70.000 huruf dalam setiap hurufnya terdapat 10 kebaikan, maka dalam satu hari ada 700.000 kebaikan yang dapat diraih hanya dengan waktu 45 menit sampai 1 jam.

Rosulullah saw bersabda:”al-qur’an akan usang di hati sejumlah kaum sebagaimana sebuah baju akan usang, sehingga kemudian menjadi robek. Mereka memang membacanya, namun mereka tidak menemukan kelezatan. Jika mereka melakukan kekurangan mereka akan berkata, ‘kami akan memenuhinya’. Dan jika mereka melakukan kesalahan, mereka akan berkata, Dia Allah akan mengampuni kami.”
Maka jangan jadikan al-qur’an sebatas hiasan dalam lemari hias, dibaca dalam bulan ramadhan saja, namun mulai detik ini niatkan karena Allah untuk melazimkan diri kita membaca al-qur’an dan nikmatilah tamasya dalam lautan pahala, tamasya ke negeri para nabi, tamasya dengan lautan ilmu pengetahuan bahkan tamasya kedalam syurga. Dan karena membaca adalah konsep hidup.

Wallahu ‘alam bi ash-showab

Referensi:
Al-qur’anul Karim

Dr. Abdul Muhsi, Dr. Raghib Sirjani, orang sibuk pun bisa hapal al-qur’an, Pos publishing, Solo: 2013, cet. 3

Dr. Raghib As-sirjani, spiritual reading hidup lebih bermakna dengan membaca,  Aqwam, Solo: 2011, ccet. 6

Amru Kholid, meraih kenikmatanibadah, Embun Litera, Jakarta: 2011, cet. 1

Dr. Thoriq As Suaidan, Khutbah Jumat, fadhlu al qiroah

Dr. Misyari Al Jarraz, Fadhlu qiraah Al Quran






Tidak ada komentar:

Posting Komentar